Rabu, 20 Februari 2008

PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR YANG KONSTRUKTIF DAN REFLEKTIF

Zulharman

Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

PENDAHULUAN

Pengaruh aliran konstruktifis dalam proses belajar dan mengajar di pendidikan kedokteran membawa perubahan paradigma pendidikan kedokteran dari teacher centre kearah student centre. Mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan peran dosen adalah sebagai fasilitator. Mahasiswa akan belajar untuk membangun pengetahuan, ketrampilan dan perilakunya berdasarkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang telah mereka miliki. Artinya mahasiswa akan belajar membangun suatu pengetahuan baru berdasarkan pengalaman belajar dahulu dan sekarang. Dalam proses belajar ini mahasiswa akan merasakan adanya suatu siklus pembelajaran yang akan mereka jalani. Mereka nantinya diharapkan akan memandang belajar itu bukan hanya untuk mencapai tujuan pembelajaran saja, akan tetapi mereka merasakan belajar itu sebuah proses bagaimana mereka belajar. Oleh karena itu, maka dosen harus mampu untuk menyusun kegiatan belajar yang mendorong mahasiswa menjadi aktif, berorientasi pada tujuan dan juga proses serta sesuai dengan siklus belajar (learning cycle).1

Berdasarkan hal di atas, Penulis akan mencoba untuk menyusun rencana kegiatan belajar yang akan diterapkan pada Blok Respirasi. Rencana kegiatan ini penulis susun berdasarkan learning theory, Design Instructional dan learning cycle.

ISI

Rencana Proses Belajar Blok Respirasi.

Blok Respirasi ini berjalan selama 5 minggu pada semester keempat yang terdiri dari 4 modul. Minggu satu sampai minggu ke empat adalah minggu kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan minggu ke lima adalah minggu penilaian untuk memutuskan kelulusan mahasiswa.

Tujuan pembelajaran (Learning Objectives) dari Blok Respirasi yang ingin dicapai adalah :2

  1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis yang baik kepada pasien dengan penyakit sistem respirasi melalui penerapan prinsip komunikasi efektif.

  2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan THT dengan benar.

  3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Fisik thorak (Paru-paru) dengan benar.

  4. Mahasiswa mampu menjelaskan organ-organ yang terlibat dalam sistem respirasi dan fungsi normalnya.

  5. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi, patogenesis serta patofisiologi dari penyakit sistem repirasi.

  6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mampu merencanakan prosedur klinik dan laboratorium untuk menegakkan diagnosis dari penyakit sistem repirasi.

  7. Mahasiswa mampu menjelaskan differential diagnosis, prognosis dan komplikasi dari penyakit sistem repirasi.

  8. Mahasiswa mampu merencanakan manajemen (treatment, rehabilitation, prevention) dari penyakit sistem repirasi.

  9. Mahasiswa mampu menjelaskan epidimiologi klinik dari dari penyakit sistem repirasi.

  10. Mahasiswa mampu mendapatkan dan mengakses informasi melalui internet, on line library serta informasi-informasi baru mengenai penyakit sistem respirasi.

  11. Mahasiswa mampu melakukan mawas diri sehingga dapat selalu mengembangkan dirinya dalam mempelajari masalah kesehatan sistem respirasi.

  12. Memahami aspek etika, moral, medikolegal serta sosial yang terjadi dalam mengelola masalah dari penyakit sistem repirasi.

Blok respirasi ini memiliki 12 learning objectives yang diturunkan dari tujuh area kompetensi dokter Indonesia. Untuk mencapai semua learning objectives ini, maka direncanakanlah beberapa metode kegiatan pembelajaran yaitu, Kuliah, PBL, Skill Lab, Logs Book, belajar mandiri dan pengalaman di praktek sore. Kegiatan pembelajaran ini akan didukung dengan sumber belajar/Learning Resources yaitu Dosen Pakar, Tutor, Instruktur, Website Fakultas yang terhubung dengan Internet dan LAN, Perpustakaan, study guide, Computer Assist Learning (CAL) dengan menggunakan CD-Interactive Clinical Skill dan klinik praktek sore.

Learning objectives (LO) yang bersifat pengetahuan (knowledge) seperti LO nomor 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 akan dicapai dengan metode kuliah, PBL dan belajar mandiri. Tujuan pembelajaran yang bersifat ketrampilan (skill) seperti LO nomor 1, 2 dan 3 akan dicapai melalui metode belajar di laboratorium ketrampilan dan juga melalui Computer Assist Learning (CAL) dengan menggunakan CD-Interactive Clinical Skill serta klinik praktek sore. Tujuan pembelajaran yang bersifat pengembangan profesionalisme behavioral seperti LO nomor 12 dapat dicapai dengan metode PBL dan magang di klinik praktek sore. Untuk tujuan pembelajaran nomor 10 yaitu penggunaan teknologi informasi dapat diraih dengan pengalaman belajar menggunakan internet, searching literature di internet dan perpustakaan, diskusi on-line. Sedangkan untuk tujuan pembelajaran nomor 11 yaitu mahasiswa mampu melakukan mawas diri sehingga dapat selalu mengembangkan dirinya dapat diraih dengan pengalaman belajar membuat Logs Book.

Kuliah

Kuliah merupakan metode pengajaran yang telah lama diterapkan di dunia pendidikan kedokteran. Kuliah yang diterapkan pada metode lama bersifat satu arah dan lebih bersifat mengajarkan informasi faktual saja. Dengan penerapan PBL maka metode kuliah yang diterapkan bersifat dua arah dan lebih student centre.

Kuliah blok ini terdiri dari tiga bagian :

  1. Kuliah introduksi blok Respirasi. Kuliah ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai materi blok respirasi ini. Kuliah ini berdurasi selama 2×50 menit dan diberikan hanya sekali pada waktu awal blok respirasi. Kuliah ini pada satu sesi pertama (1×50 menit) akan diberikan dari bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokkan (THT) yang membahas tentang saluran napas bagian atas secara umum. Sesi kedua (1×50 menit) akan diberikan dari bagian Ilmu Penyakit Dalam yang membahas tentang saluran napas bagian bawah secara umum. Kuliah introduksi ini juga menjelaskan bagaimana cara belajar dan mencari sumber belajar di blok ini.

  2. Kuliah introduksi modul. Kuliah ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai materi modul. Kuliah ini berdurasi selama 2×50 menit dan diberikan setiap awal minggu.

  3. Kuliah Konfirmasi. Kuliah ini bertujuan untuk memberikan kesamaan persepsi terhadap hal-hal yang telah didapat selama diskusi tutorial. Mahasiswa dapat menanyakan isu-isu pembelajaran yang belum jelas dan menyatukan persepsi yang berbeda mengenai suatu isu pembelajaran. Kuliah ini disampaikan dalam bentuk kuliah panel dimana ada beberapa pakar yang akan membahas masalah yang ditanyakan oleh mahasiswa. Kuliah ini berdurasi selama 2×50 menit dan dilaksanakan diakhir setiap minggu dari Blok ini. Pada kuliah ini dominasi dua arah sangat ditekankan antara mahasiswa dengan dosen pakar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode penyampaian kuliah adalah :

  1. Kuliah introduksi Blok dan Introduksi Modul.

Dosen harus mengetahui bahwa tujuan kuliah ini adalah sebagai overview. Karena kuliah ini diberikan diawal maka diharapkan dosen yang menyampaikan kuliah ini dapat memberikan kesan yang bisa memotivasi mahasiswa untuk ingin tahu dan ingin mempelajari blok ini dengan dalam dan penuh arti. Dosen dapat menggunakan gambar, video atau multimedia lain untuk menarik perhatian mahasiswa. Konsep ini sesuai dengan prinsip Gagne’s nine even Instructional Design pada even pertama yaitu gaining attention. Kuliah ini juga menjelaskan tujuan pembelajaran dari blok ini sesuai dengan prinsip Gagne’s nine even Instructional Design pada even kedua yaitu inform the learner of the objective. Kuliah ini juga harus memberikan informasi bagaimana caranya mahasiswa belajar untuk mencari informasi atau sumber belajar yang bisa dilakukan dengan memberikan judul buku utama dan buku tambahan yang berhubungan dengan Blok ini.1,3,4

  1. Kuliah Konfirmasi.

Dosen pakar yang terdiri dari beberapa orang di bidang THT, Penyakit Dalam dan Penyakit Paru diharapkan memiliki kesamaan pandangan dalam membahas suatu masalah dan mampu saling mengintegrasikan ilmu mereka dalam bentuk konsep-konsep yang mudah dipahami oleh mahasiswa. Pada kuliah konfirmasi ini penting sekali proses pembentukkan konsep di dalam pikiran mahasiswa daripada memberikan informasi yang bersifat faktual.

Menimbang bahwa Blok ini sedikit sekali metode kuliah maka blok ini akan didukung dengan penerapan Teknologi Informasi berupa Website yang terhubung secara internet dan Local Area Network (LAN). Isi Website ini lebih dominan tentang informasi faktual seperti anatomi, histology, fisiologi dan farmakologi sistem respirasi. Dengan adanya website ini dapat mengakomodasi cara belajar mahasiswa. Metode kuliah biasanya efektif selama 45-50 menit dimana mahasiswa belum merasa bosan. Dengan website ini, dosen tidak perlu lagi menyampaikan kuliah yang berisi fact karena mahasiswa dapat membacanya di website yang telah disediakan, sehingga dengan waktu yang disediakan terbatas dosen diharapkan dapat menyampaikan konsep dan key poin dari sistem respirasi secara efektif. Website ini juga akan berisi link-link website lain yang dapat menunjang materi blok ini.1,3,4

Website ini juga akan memberikan diskusi on-line yang diadakan sekali dalam seminggu (diakhir skenario). Diskusi on-line ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam merefleksikan hasil diskusi tutorial yang telah dilalui dan cara belajar mereka. Diskusi ini menggunakan forum chat dan diutamakan bagi mahasiswa yang tingkat kemandirian belajarnya lemah dimana perlu banyak bimbingan dosen. Karakteristik mahasiswa yang kemandirian belajarnya lemah dapat didiagnosis dengan menggunakan Self Directness Learning Scale. 5,6

PBL Small Group Discussion

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu metode belajar yang diterapkan di blok ini. PBL dapat meningkatkan critical thingking, problem solving dan reflective thingking para mahasiswa. PBL diterapkan dengan cara diskusi dalam kelompok kecil (10 orang mahasiswa per kelompok). PBL di blok ini terdiri dari empat skenario, dimana satu skenario berjalan selama satu minggu. 1,3,4

Tema skenario pertama dan kedua adalah masalah saluran napas bagian atas, dengan kasus skenarionya berupa video klip singkat berdurasi 15 menit yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan sehari-hari di puskesmas khususnya mengenai penyakit saluran napas bagian atas. Tema skenario ketiga dan keempat adalah mengenai masalah kesehatan saluran pernapasan bagian bawah, dengan penyajian kasusnya berupa video klip singkat berdurasi 15 menit yang diambil dengan latar belakang kasus penyakit saluran napas bagian bawah di rumah sakit primer tipe satu. Akan tetapi pada akhir Blok ini, setiap kelompok harus mengumpulkan 5 kasus masalah kesehatan saluran napas bagian atas dan 5 kasus masalah saluran napas bagian bawah disertai analisa mengenai kasus tersebut. Kasus – kasus tersebut bisa diambil dari website, majalah, surat khabar atau media lain. Tujuan mahasiswa ditugaskan untuk mencari kasus-kasus ini adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan di diskusi skenario pertama, kedua, ketiga dan keempat pada kontek yang kemungkinan agak berbeda atau dengan kata lain untuk pengayaan materi pembelajaran dan retensi. Hal ini sesuai dengan prinsip Gagne’s nine even Instructional Design pada even ke Sembilan yaitu enhancing retention and transfer.1,3

PBL ini akan menggunakan metode seven jumps yang terdiri :1,3,4

  1. Identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam skenario. (sekretaris mencatat kata-kata yang masih belum dimengerti setelah didiskusikan)

  2. Penentuan masalah. Setiap anggota memiliki bermacam perspektif masalah, akan tetapi harus dicari masalah yang disepakati bersama. (sekretaris mencatat daftar masalah yang telah disetujui).

  3. Brainstorming. Anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki (prior knowledge). Identifikasi area pengetahuan yang kurang. (sekretaris menulis yang didiskusikan).

  4. Berdasarkan langkah 2 dan 3 maka disusun penjelasan masalah dalam bentuk penjelasan sementara (tentative solution). (sekretaris mencatat penjelasan masalah sementara yang telah didiskusikan).

  5. Penentuan Tujuan pembelajaran yang akan diraih. (Tutor mengarahkan agar tujuan pembelajaran fokus, dapat dicapai, komprehensip dan sesuai dengan yang diharapkan.)

  6. Belajar mandiri. Mahasiswa belajar mandiri untuk mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.

  7. Setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling berdiskusi. (Tutor menilai jalannya proses ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan).

Laboratorium Ketrampilan (Skill Lab)

Ketrampilan klinik yang diajarkan di blok respirasi ini adalah :

  1. Ketrampilan Komunikasi.

  2. Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Telinga, Hidung dan tenggorokkan (THT).

  3. Ketrampilan pemeriksaan Fisik Thorak (Paru-paru).

Setiap ketrampilan akan memakan waktu dua minggu. Untuk ketrampilan komunikasi, para mahasiswa pada pertemuan minggu pertama akan diajarkan mengenai ketrampilan komunikasi oleh instruktur selama 2×50 menit. Instruktur akan memberi contoh cara berkomunikasi yang baik dan efektif dengan pasien. Pasien yang digunakan disini adalah para karyawan yang telah mendapat pelatihan untuk menjadi standar pasien. Instruktur disini adalah dosen klinik yang memiliki kredibilitas dan telah melalui pelatihan Instruktur Klinik sehingga mengerti cara mengajar suatu ketrampilan.

Mahasiswa dapat belajar mandiri mengenai ketrampilan ini di laboratorium ketrampilan pada waktu yang telah ditentukan. Dalam belajar mandiri ini mahasiswa saling melakukan refleksi mengenai pembelajaran yang telah mereka alami dan lalu diberi feedback oleh temannya sendiri. Untuk lebih menunjang proses belajar ini, mahasiswa dapat meminjam CD-Interactive Clinical Skill agar mereka dapat menggunakannnya di rumah untuk belajar. Pada minggu kedua mahasiswa akan melakukan ketrampilan komunikasi ini seperti minggu pertama, hanya saja mereka akan dinilai sebagai formatif test untuk menilai kemajauan belajar dan kekurangan mereka pada area ketrampilan ini oleh instruktur. Untuk ketrampilan pemeriksaan THT dan Paru juga mengikuti pola pembelajaran yang sama seperti ketrampilan komunikasi ini.1,3,4

Pengalaman di Praktek Sore

Pada pengalaman belajar ini, setiap orang mahasiswa hanya akan mendapat dua hari untuk mengikuti praktek sore. Tempat praktek sore tersebut adalah di tempat praktek sore dokter yang menjadi tutor dan instruktur mahasiswa. Untuk melaksanakan program ini perlu mendapat kesepakatan bagi dokter tersebut. Pengalaman selama dua hari ini diharapkan dapat memperkenalkan masalah kesehatan di blok ini pada real setting dan menjadi pemicu motivasi mahasiswa untuk belajar. Program ini merupakan suatu jalan keluar di mana untuk memperkenalkan mahasiswa dengan real setting dapat dikelola dengan mudah, tidak seperti di rumah sakit dan puskesmas yang memerlukan pengelolaan dan supervisei yang tidak mudah. 1

Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah :

  1. Untuk memperkenalkan kepada mahasiswa mengenai masalah kesehatan khususnya masalah kesehatan respirasi dalam setting sebenarnya sehingga mahasiswa mengerti apa, bagaimana dan mengapa perlunya mereka mempelajari blok respirasi ini.

  2. Meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar.

  3. Memupuk rasa kolegalitas dan juga menghilangkan gap antara mahasiswa dan tutor serta instruktur sehingga dalam proses diskusi tutorial dan ketrampilan klinik mahasiswa tidak canggung karena para mahasiswa sudah dekat dengan tutor atau instrukturnya.

Pelaksanaannya adalah :

  1. Dengan perkiraan tiap kelompok terdiri dari 10 mahasiswa dan dibimbing oleh minimal satu orang tutor dan minimal satu orang instruktur maka dibuat penjadwalan dimana 10 mahasiswa ini akan melihat praktek dokter (tutor) bergantian selama 10 hari. Artinya satu mahasiswa akan mendapat kesempatan melihat praktek dokter (tutor) satu hari. Lalu hari berikutnya digantikan oleh mahasiwa yang lainnya. Jadi dokter (tutor) hanya didampingi oleh satu orang mahasiswa saja agar tidak menganggu praktek dokter tersebut. Tugas mahasiswa melihat, membantu dokter dan mencatat pengalaman belajar apa saja yang mereka alami selama proses ini.

  2. Begitu juga dengan dokter (instruktur), Mereka akan didampingi oleh satu orang mahasiwa tiap hari selama 10 hari (sama seperti pola di atas).

Penulis menyadari bahwa program belajar ini masih berat diterapkan sehingga untuk memperkenalkan metode ini maka perlu perlahan-lahan. Oleh karena itu program ini memerlukan kesukarelaan dari tutor dan instruktur untuk memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar. Pihak Fakultas hendaknya dapat mendukung program ini dengan cara turut membantu dalam menyediakan fasilitas tempat praktek sore dokter tersebut.

Logs Book

Logs Book adalah salah satu bentuk learning journal yang digunakan dalam proses pembelajaran di dalam blok ini. Para mahasiswa diminta untuk menggambarkan kembali tentang pengalaman belajar yang telah mereka alami berupa kelebihan, kekurangan dan seberapa jauh hasil yang telah dicapai. Logs Book ini dapat mendorong mahasiswa untuk menyadari dan merefleksikan pengalaman belajar yang telah mereka jalani. Logs Book ini merupakan langkah penting untuk mengajarkan kepada mahasiswa untuk mengontrol dan memanajemen proses belajar mereka.7

Prosedur :

  1. Logs Book diberikan kepada setiap mahasiswa.

  2. Dosen menjelaskan tujuan, mamfaat dan petunjuk menggunakan Logs Book.

Tujuan Logs Book bagi mahasiswa yaitu:

  • Untuk merekam pengalaman belajar.

  • Untuk meningkatkan kemampuan refleksi mahasiswa terhadap proses pembelajaran.

  • Untuk membuat mahasiswa menyadari tentang proses belajarnya sendiri.

  • Untuk mengevaluasi kemajuan belajar mahasiswa.

Tujuan Logs Book bagi Dosen yaitu sebagai alat bagi dosen untuk menilai dan mengevaluasi proses belajar yang telah dialami oleh mahasiswa sehingga dosen dapat memberikan feedback berdasarkan hasil refleksi mahasiswa tersebut di dalam Logs Book.8,9,10,11

Petunjuk penggunaan Logs Book:

  • Mahasiswa diminta untuk menuliskan hal-hal yang mereka pikirkan dan rasakan tentang kegiatan belajar yang telah dialami. Mahasiswa menulis Logs Book-nya tidak dibatasi dan dibebani harus beberapa paragraf dan juga tidak perlu merasa khawatir dengan kesalahan tata penulisan dan ejaan. Cara pengisian Logs Book ini sama seperti cara pengisian buku diary atau mengisi catatan pengalaman pribadi di Blogger atau friendster. 8,9,10,11

  • Hal-hal yang perlu ditulis di dalam Logs Book secara umum yaitu : 8,9,10,11

  1. Hasil belajar yang ingin dicapai dan sudah berapa besar pencapaiannya

  2. Jenis aktivitas pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran

  3. Bagaimana kaitan antara pengalaman belajar dengan kehidupan atau pekerjaan mereka nantinya.

  4. Apa yang bisa dipetik dari pengalaman belajar yang telah mereka alami.

  5. Hal-hal apakah yang masih perlu diperbaiki.

  6. Rencana yang akan mereka kerjakan untuk memperbaiki proses belajar mereka.

  • Hal-hal yang perlu ditulis di dalam Logs Book secara khusus yaitu :

  1. Untuk pengalaman belajar berupa kuliah, mahasiswa dapat menuliskan masalah dan pertanyan-pertanyaan yang berkenaan isi kuliah tersebut yang sudah mereka pahami dan juga yang belum jelas bagi mereka atau apa yang tidak mereka setujui dari kuliah tersebut. Selanjutnya mereka membuat suatu perencanaan untuk memperbaiki hal-hal yang masih kurang tersebut pada kuliah berikutnya.

  2. Untuk pengalaman belajar berupa PBL diskusi tutorial, mahasiswa dapat menuliskan sasaran belajar dari diskusi, peran mahasiswa tersebut dalam diskusi (sebagai ketua,sekretaris atau anggota),hal-hal yang telah mereka kuasai atau dapatkan dari diskusi, hal-hal yang belum jelas atau hal-hal yang tidak disetujui dalam diskusi tersebut. Selanjutnya mereka membuat suatu perencanaan untuk memperbaiki hal-hal yang masih kurang tersebut pada diskusi berikutnya.

  3. Untuk pengalaman belajar berupa skill labs mahasiswa dapat menuliskan tujuan belajar yang ingin dicapai, seberapa besar pencapaian, rencana apa yang akan dikerjakan bila pencapaian belum sesuai yang telah ditetapkan.

  1. Pada akhir dua skenario PBL (setelah dua minggu) mahasiswa diminta menggumpulkan Logs Book mereka kepada Dosen atau Tutor yang akan memberikan feedback. Sebelum dikumpul mahasiswa diminta untuk melakukan peer-assesment untuk saling mendiskusikan dan memberi tanggapan terhadap isi Logs Book yang telah mereka tulis. Hasil penilaian teman berupa feedback ditulis dalam halaman yang telah disediakan. Selanjutnya Logs Book dikumpulkan kepada dosen. Dosen akan menuliskan feedback pada halaman yang telah disediakan di dalam Book Logs. 8,9,10,11

Penilaian

1. Penilaian formatif

Tujuan penilaian formatif adalah untuk menilai sejauh mana kemajuan mahasiswa dalam belajar dan mengidentifikasi area-area kekurangan yang mahasiswa perlu kembangkan.

Penilaian formatif ini dilakukan melalui :1,3,4

  1. Diskusi tutorial

  2. Logs Book

2. Penilaian Sumatif

Penilaian Sumatif bertujuan untuk memutuskan kelulusan mahasiswa dalam blok ini. Komponen Penilaian Sumatif ini meliputi : 1,3,4

  1. Nilai Ujian tertulis

  2. Nilai OSCE

  3. Nilai diskusi tutorial

  1. KESIMPULAN

Teori belajar Kontruktifis memandang bahwa belajar adalah proses aktif di mana mahasiswa mengkonstruksi ide, konsep atau pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang di dapat dahulu dan sekarang. Para mahasiswa dalam membangun pengetahuan baru tersebut akan menemukan sebuah siklus pembelajaran (learning cycle), yang mana Kolb menjelaskan proses belajar itu meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan (do), refleksi, menyimpulkan dan lalu kembali lagi ke perencanaan. Penyusunan kegiatan belajar dan mengajar (Instructional Design) yang mendukung teori belajar Konstruktifis dan learning cycle salah satunya adalah Gagne’s nine even Instructional Design. Para Dosen dalam membuat rencana kegiatan proses pembelajaran dan pengajaran diharapkan harus memahami konsep tentang teori belajar, siklus belajar dan Instructional Design, sehingga para Dosen dapat membuat rencana kegiatan belajar dan mengajar yang memotivasi mahasiswa untuk belajar membangun pengetahuan dengan pendekatan belajar yang mendalam (deep learning) serta penuh makna (meaningful).1,3,4

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dent JA, Harden RM, Editors. A Practical Guide For Medical Teachers. Elsevier Churchill Livingstone, 2006.

  2. Konsil Kedokteran Indonesia. Buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta, 2006.

  3. Gagne RM, Briggs LJ. and Wager WW. Principles of Instructional Design. Harcourt Brace Jovanovich College Publishers, 1992.

  4. Amin Z, Eng KH. Basics in Medical Education. Singapore: World Scientific Publishing, 2003.

  5. Brockett RG., Hiemstra R. Self Direction in Adult Learning: Perspectives on Theory, Research, and Practice. London and New York: Routledge, 1991.

  6. Bransford JD, Brown AL, and Cocking RR, editors. How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School. The National Academy of Sciences, 1999.

  7. Silberman ML. Active Learning : 101 Sreategies to Teach Any Subject. Boston : Allyn and Bacon, 1996.

  8. JMU. Overview: What Do We Mean By Reflective Learning?. [cited 2007 March 21 :19 screen]:Available from URL: http://cwis.livjm.ac.uk/lid/ltweb/ldu_14/annex1_02.htm

  9. Richards JC. Towards Reflective Teaching. [cited 2007 March 21 : 5 screen]:Available from URL: http://www.tttjournal.co.uk

  10. the IfL Centre for Learning Development. Reflective Learning. [cited 2007 March 21 : 3 screen]:Available from URL: www.hull.ac.uk/studyadvice

  11. Strauss et all, Reflective Learning in Community-Based Dental Education. Journal of Dental Education. 2003 November; 67(11): 1234-1242

Read More..

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


Perubahan paradigma pendidikan kedokteran dari pembelajaran yang berpusat pada teacher (Teacher centre learning) ke arah pembelajaran yang berpusat pada pelajar (student centre learning) dapat dilihat dari banyaknya Fakultas kedokteran di dunia maupun di Indonesia yang menerapkan PBL. Penerapan PBL ini ada yang mengaplikasikannya dalam kontek kurikulum sehingga disebut kurikulum PBL. PBL juga ada yang menerapkan sebagai sebuah metode pendidikan.

Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.

Penerapan PBL di pendidikan kedokteran pertama kali di Mc Master University Canada pada dekade 1960 akhir. PBL berkembang dengan pesat hingga sampai juga di Indonesia.

Diskusi kelompok kecil dalam PBL dapat menggunakan metode seven jumps yang terdiri :

1. Identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam skenario. (sekretaris mencatat kata-kata yang masih belum dimengerti setelah didiskusikan)

2. Penentuan masalah. Setiap anggota memiliki bermacam perspektif masalah, akan tetapi harus dicari masalah yang disepakati bersama. (sekretaris mencatat daftar masalah yang telah disetujui).

3. Brainstorming. Anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki (prior knowledge). Identifikasi area pengetahuan yang kurang. (sekretaris menulis yang didiskusikan).

4. Berdasarkan langkah 2 dan 3 maka disusun penjelasan masalah dalam bentuk penjelasan sementara (tentative solution). (sekretaris mencatat penjelasan masalah sementara yang telah didiskusikan).

5. Penentuan Tujuan pembelajaran yang akan diraih. (Tutor mengarahkan agar tujuan pembelajaran fokus, dapat dicapai, komprehensip dan sesuai dengan yang diharapkan.)

6. Belajar mandiri. Mahasiswa belajar mandiri untuk mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.

7. Setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling berdiskusi. (Tutor menilai jalannya proses ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan).

Read More..

PENDAHULUAN : PROBLEM BASED LEARNING

zulharman

Problem Based Learning (PBL) ternyata memiliki daya tarik. Setelah beberapa lama saya memposting mengenai PBL di blog ini banyak tanggapan dari para pengunjung. Saya minta maaf kalau posting PBLnya singkat (soalnya lagi sibuk) dan menjawab comment dari pengunjung mungkin tidak memuaskan. Saya akan mencoba untuk memposting mengenai PBL ini dimulai dari pendahuluan yang akan menjelaskan prinsip dasar tentang PBL. InsyaAllah selanjutnya tentang cara merancang PBL dan terakhir cara mengevaluasi PBL. Mengikuti perkembangan comment tentang PBL di blog ini (terimakasih atas commentnya), saya ingin mencoba menyimpulkan hal-hal yang perlu atau sering ditanyakan.

1. PBL menggunakan triger berupa masalah (skenario kasus) sebagai titik awal pembelajaran. Trigger ini disusun berdasarkan masalah nyata yang dihadapi (real case) sehingga akan memancing keingintahuan (curiosity) dan mengaktifkan prior knowledge (pengetahuan awal). PBL berbeda dengan case based lecture. Wood 1994 mengatakan bahwa, kunci utama PBL terletak pada penerapan masalah/problem untuk mendorong dan mengarahkan proses belajar. D.J. Boud menyatakan bahwa prinsip utama yang mendasari PBL adalah problem sebagai starting point dalam pembelajaran.

2. PBL dilakukan dalam kelompok kecil (7-10 orang) yang dipandu oleh seorang tutor yang bertindak sebagai fasilitator.

3. PBL berlandaskan kepada teori belajar konstruktivis, dimana belajar adalah sebuah proses membentuk pengetahuan atau pengalaman baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman lama/awal/prior knowledge. Belajar merupakan proses pemberian arti (meaningful learning). Hal ini menyebabkan pelajar sebagai pusat dalam mencari pengetahuan.

4. Banyak literatur yang menyatakan bahwa PBL dapat meningkatkan self directed learning, reflection, critical thingking, problem solving, teamwork, ketrampilan komunikasi, namun hal ini masih perlu diteliti karena ada juga yang menyangsikan.

5. PBL dapat sebagai learning method/strategies/approach bahkan sebuah kurikulum. Saya berasumsi karena kurikulum nasional kita sudah ditetapkan namanya dengan istilak KBK (kurikulum berbasis kompetensi) sehingga PBL mengarah kepada metode belajar (walaupun PBL ini sudah menghiasi kehidupan belajar dari pertama masuk sampai lulus). Nah untuk yang satu ini perlu dibedakan antara istilah KBK tadi dengan istilah PBL. Banyak yang menyangka bahwa KBK itu PBL dan PBL itu KBK, hal ini tentu saja salah je.. Lalu karena kesalahpahaman ini timbul pernyataan bahwa penerapan KBK kok sulit ya (soalnya mereka mengasosiasikan KBK ini dengan PBL, memang PBL memerlukan SDM, dana dan fasilitas yang besar untuk diterapkan).

Bacaan lebih lanjut :

1. Amin, Z.E., Eng, K.H., (2003). Basics in Medical Education, World Scientific, Singapore.

2. Norman, G.R, Schdmidt H.G. Effectiveness of problem based learning curricula: theory, practice and paper darts. Medical Education 2000;34:721-728.

3. Albanese, M. Problem based learning: why curricula are likely to show little effect on knowledge and clinical skills. Medical Education 2000;34:729-738.

4. Dent JA, Harden RM, Editors. A Practical Guide For Medical Teachers. Elsevier Churchill Livingstone, 2006.

Read More..

Mengapa harus Problem based Learning?

Penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan strategi pendekatan problem based learning (PBL) merupakan sebuah inovasi pendidikan kedokteran yang sedang dikembangkan di Indonesia. Banyak institusi pendidikan yang mengeluhkan penerapan PBL karena memerlukan dana yang besar, sumber daya manusia yang banyak dan manajemen yang komplek. Sebenarnya mengapa sih harus PBL? Penulis juga lama merenunginya tentang latarbelakang PBL dan kelebihannya. Di sini penulis mencoba menganalisanya.


1. Teori yang melandasi PBL ditunjang oleh beberapa teori psikologi pendidikan yang terkenal. Misalnya, Albanese mengungkapkan teori yang melatarbelakangi PBL yaitu information processing theory, cooperative learning theories, self determination theory and control theory (Albanese, 2000). Contoh untuk teori information processing terdiri dari tiga komponen yaitu aktivasi prior knowledge, encoding specificity dan elaboration of knowledge. (Albanese 2000, Schmidt, 1983). Dalam PBL tiga komponen ini dapat dilihat dari kasus yang dapat mengaktifkan prior knowled pelajar, kasus juga berdasarkan situasi nyata yang membuat belajar menjadi kontektual, elaboration yang dapat dilihat dari proses diskusi.

2. Kelebihan PBL :

* Problem solving
* Belajar mandiri/Self directed learning
* Belajar sepanjang hayat
* Identifikasi dan evaluasi sumber belajar
* Critical thingking
* Creative thinking
* Belajar dari masalah nyata
* Cooperative dan collaborative learning
* Peer learning
* reflection

3. Harden mengenalkan konsep the SPICES model untuk pengembangan kurikulum (Harden et al 1984). Konsep SPICES ini erat hubungannya dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi Setelah penulis mencoba memahami konsep ini, penulis mendapatkan bahwa selain PBL merupakan salah satu komponen dari huruf yang ada di SPICES yaitu huruf P, ternyata PBL ini mempengaruhi huruf- huruf yang lainnya misalnya huruf S (Student Centre Learning), huruf I (Integration), huruf S (systematic), huruf C(tema blok community) dan huruf (E) dengan adanya blok elektif di PBL.


Student Centre Learning, maksudnya adalah pelajar yang memegang kontrol dalam pembelajaran. Pelajar harus aktif dan diberikan tanggung jawab untuk menjalani pembelajarannya.

Problem Based Learning, maksudnya pembelajaran bertolak dari problem yang ada dalam kontek nyata.

Integration, maksudnya ada integrasi dalam bidang disiplin ilmu. Contohnya dalam pendidikan dokter yaitu penerapan sistem blok dimana ada integrasi beberapa disiplin ilmu dalam satu blok. Integrasi ini ada horizontal integration dan vertical integration.

Community Based, maksudnya kurikulum sekarang harus berorientasi kepada komunitas. Contohnya kuliah kerja nyata (KKN), Praktek belajar lapangan Community oriented (PBL-COME).

Electives, maksudnya kurikulum harus memberikan pilihan bagi pelajar untuk memilih. Misalnya blok elektif yang disusun dengan tema bermacam-macan dan mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih.

Systematic, maksudnya kurikulum dikembangkan secara sistematis. Contohnya dapat dilihat dalam bentuk peta kurikulum yang sistematis, perancangan pengalaman belajar dan konten kurikulum dirancang berdasarkan learning outcome yang terlihat dalam blok blueprint.

4. …………………………………( nanti saya cari lagi J )

Daftar Referensi :

1. Dent J.A. & Harden, R.M. 2005. A Practical Guide For Medical Teacher. Second Edition. Elsevier Churchill Livingstone.
2. 2. Amin Z, Eng KH. Basics in Medical Education. Singapore: World Scientific Publishing, 2003.

Read More..